BRAYAT JOGJA – Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki inovasi baru. Yakni, Sekolah Perempuan Kota Yogyakarta atau KOPER KOTA.
KOPER KOTA resmi diluncurkan Jumat 17 Mei 2024 di Ruang Yudistira Balai Kota.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB).
KOPER KOTA hadir untuk meningkatkan kualitas dan keberdayaan perempuan rentan. Utamanya penyintas kekerasan.
“Kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi, berdasarkan data DP3AP2 DIY di tahun 2023 terdapat 248 kasus. Namun, ini bagaikan fenomena gunung es, di mana jumlah kasus yang muncul ke permukaan atau terlaporkan lebih kecil dibandingkan kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat, sehingga korban tidak terjangkau untuk mendapat penanganan yang tepat,” jelas Kepala Bidang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan DP3AP2KB Kota Yogyakarta Ria Rinawati.
Menurutnya, KOPER KOTA diharapkan bisa menjadi wadah dan ruang aman bagi perempuan rentan untuk meningkatkan kapasitas diri dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Di antaranya, pengetahuan terkait hak-hak perempuan. Ini agar mereka tidak kembali menjadi korban kekerasan.
“KOPER KOTA merupakan bentuk perluasan jejaring perlindungan dan pemberdayaan bagi perempuan, yang bertujuan meningkatkan kepercayaan diri perempuan penyintas supaya berani menunjukkan potensinya dan berani mengambil keputusan bagi hidupnya. Juga, meningkatkan keterampilan sehingga perempuan penyintas kekerasan memiliki bekal untuk dapat mandiri secara ekonomi,” tegasnya dikutip dari Pemkot Yogyakarta.
KOPER KOTA sudah mulai dilakukan pada Mei ini.
Sasaran pertama yaitu dua kelompok penyintas kekerasan dengan jumlah anggota kurang lebih 25 orang.
Kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan, peningkatan pengetahuan dan wawasan, peningkatan keterampilan dan kelompok dukungan.
Penjabat Wali Kota Singgih Raharjo mengapresiasi program KOPER KOTA.
Menurutnya, program ini merupakan inovasi luar biasa dalam memberikan aksi nyata atas kepedulian bersama pada perempuan penyintas kekerasan.
“KOPER KOTA menjadi wadah untuk mengedukasi, memotivasi, dan juga memitigasi potensi kekerasan yang dapat terjadi kepada perempuan. Karena di dalam setiap kelasnya juga ada pendampingan psikologis, yang tentunya bisa membantu penyintas bisa pulih dari trauma yang dialami,” ujarnya.
Dia berharap KOPER KOTA benar-benar dapat menjadi ruang yang aman dan tenang bagi penyintas.
Selain itu, dapat menjaga agar tidak diekspose, berfokus pada pendampingan, peningkatan kapasitas dan pemberdayaan penyintas.
“Tentunya menjadi harapan kota bersama, inovasi KOPER KOTA ini implementasi dan pemanfaatannya dapat berjalan optimal. Bisa dilaksanakan secara baik, dengan kolaborasi baik itu secara internal maupun eksternal dengan berbagai pihak lintas sektor supaya kebermanfaatannya bisa semakin bertambah,” harapnya.
Ketua Kelompok Perempuan Istimewa (PERISAI) Septiyani mengungkapkan, KOPER KOTA menjadi satu ruang yang secara nyata dapat memberikan dukungan moral bagi penyintas.
Agar tidak putus asa atas apa yang telah dialami.
“Tentunya kami punya harapan besar agar kelompok dukungan perempuan penyintas bisa didampingi melalui KOPER KOTA, untuk bisa melanjutkan hidup supaya lebih baik, mandiri dan pelan-pelan bisa mengurai trauma yang dialami. Karena apa yang telah dialami penyintas adalah hal berat, yang tidak hanya berdampak pada kondisi psikologis saja, tapi juga sosial ekonomi,” ungkapnya. (a1/jul)