JOGJA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta serius menangani darurat sampah. Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, pemkot menyiapkan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di tiga lokasi.
Yaitu, Nitikan, Karangmiri, dan Kranon.
TPS3R Nitikan telah sepenuhnya beroperasi. TPS3R Kranon dan Karangmiri tengah dikebut pembangunannya.
TPS3R Karangmiri ditargetkan Senin (20/5).
Langkah itu wujud kesiapan Pemkot Yogyakarta melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri pasca penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada April 2024 lalu.
Tiga TPS3R yang mampu mengelola sampah setidaknya 120 ton per hari ini harus secepatnya beroperasional karena kondisi Kota Yogyakarta darurat persampahan.
Ketiganya menggunakan teknologi refused derived fuel (RDF) yang menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti batu bara yang dibutuhkan pabrik.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko mengatakan, pembangunan kedua TPS3R menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) 2024.
Nilai kontrak untuk TPS3R Kranon Rp 2,4 miliar.
Pagu untuk TPS3R Karangmiri sebesar Rp 4,1 miliar.
Danais ini sepenuhnya untuk konstruksi baik pembangunan tempat pengolahan, kantor, dan bangunan kemasyarakatan.
Setiap TPS3R baru ini dilengkapi satu modul mesin RDF senilai Rp 2,6 miliar berasal dari APBD.
“Itu lokasi TPS3R baru yang pembangunannya menggunakan Danais 2024 ini. Sekali lagi kami berterima kasih kepada Pemda DIY yang sudah memberikan kemudahan dalam hal pembiayaan pengolahan sampah di Kota Yogyakarta. Kami kebut pembangunannya dan targetkan bisa beroperasional penuh 100 persen pada pertengahan Juni 2024,” jelasnya kepada Humas Pemda DIY di Kantor DLH Kota Yogyakarta, Jumat (17/05).
Haryoko menyampaikan satu modul mesin RDF tersebut mampu mengolah sampah sebanyak 30 ton setiap hari sejak pukul 06.00 hingga 18.00 WIB.
Hasil pilihan sampah diubah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Targetnya adalah zero residu sampah pasca pengolahan.
Dari sampah yang diolah mesin, sebanyak 60 persen menjadi RDF.
Sisanya sebesar 40 persen diolah lagi menjadi bentuk lain. Termasuk pemanfaatan menjadi kompos untuk sampah organik.
“Total sampah di Kota Yogyakarta yang harus kita tangani dikisaran 180 ton setiap harinya, sedang tiga TPS3R tersebut hanya bisa mengolah sampah total 120 ton per hari. Rinciannya Nitikan 70 ton, Kranon 30 ton, dan Karangmiri 30 ton. Sisanya 60 ton dikerja sama dengan swasta.”
“TPS 3R Kranon sudah dioperasionalkan terbatas sebab masih perlu penyesuaian, utamanya terkait lingkungan lokasi. Kita harus membiasakan masyarakat sekitar terkait aroma tak sedap yang mungkin timbul,” ungkapnya.
Haryoko menyatakan, TPS3R Karangmiri yang juga masih dalam tahap pembangunan sebisa mungkin beroperasional 20 Mei 2024.
Namun, masih diupayakan mengingat akses jalan menuju lokasi menjadi faktor utama paling berat.
Pemkot tidak akan memaksa kejar target setelah keduanya sudah beroperasional, yang penting jalan dulu.
Ini supaya sampah yang ada di jalan bisa dikelola dengan tidak menimbulkan permasalahan bagi pariwisata di Kota Yogyakarta.
“TPS3R Kranon dan Karangmiri baru bisa operasional 100 persen pada pertengahan Juni 2024 pasca pembangunan selesai. Jadi, kita berupaya seoptimal mungkin agar kedua TPS 3R ini segera berfungsi karena kondisi darurat persampahan.”
“Supaya sampah yang ada dijalan maupun penumpukan sampah di setiap depo wilayah bisa segera dikelola. Alhasil tak menimbulkan permasalahan kenyamanan terutama bagi industri pariwisata,” tandas Haryoko. (a1/Humas Pemda DIY)